Jakarta - Pasangan SBY-Boediono dan JK-Wiranto akan bertarung dalam pemilihan presiden mendatang. Peluang kedua pasangan ini dinilai 50:50. Kedua pasangan punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.
"Peluangnya masih 50:50," kata pengamat politik Muhadjir Effendy kepada detikcom, Rabu (13/5/2009).
Menurut Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini, SBY punya kekuatan yaitu tingkat penerimaan masyarakat terhadap dirinya yang tinggi. Namun yang jadi masalah adalah cawapres SBY, Boediono tidak berasal dari kalangan partai. Hal ini dikhawatirkan akan memperlemah dukungan di perlemen.
"Sebenarnya yang paling penting itu kerja nyata untuk kepentingan rakyat, urusan DPR nanti kan masyarakat yang menilai," katanya.
Masalah lainnya adalah pasangan ini sama-sama berasal dari Jawa. Hal ini tidak sesuai dengan 'tradisi' masyarakat yang selalu menyandingkan pemimpinnya dari latar belakang yang berbeda, misalnya Jawa dan non-Jawa, militer-sipil dan nasionalis-Islam.
"Menurut saya pemikiran itu harus dihilangkan dan dalam hal ini SBY berani mengambil langkah menyimpang dari hal yang ada," katanya.
Pasangan JK-Wiranto juga bukan tanpa masalah. JK sebagai calon presiden dianggap kalah pamor dibandingkan SBY. Jika ingin menang pasangan ini harus bisa dikenal masyarakat.
"Saya kira deklarasinya yang lebih cepat juga untuk mendukung akseptabilitas di masyarakat," katanya.
Namun menurut Muhadjir, pasangan ini memenuhi segala asumsi yang ada seperti Jawa dan non-Jawa kemudian militer dan sipil.
"Pasangan ini juga layak untuk maju di pemilu mendatang," katanya.
0 komentar:
Posting Komentar